Hasil Riset Universitas Diperlukan Industri, Ekosistem Transfer Teknologi Disiapkan untuk Indonesia Emas
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Citra Sandy Anastasia

Foto : Dokumentasi Istimewa. Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat, dalam Diskusi Panel Quad Helix di Binus University, Alam Sutera, Tangerang.

Tangerang, tvrijakartanews - Jumlah perguruan tinggi di Indonesia saat ini sudah mencapai 4.300 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh provinsi. Jumlah dosen dan mahasiswa juga terus meningkat, yaitu sebanyak 334,000 dosen, dan 10 juta mahasiswa. Potensi penelitian yang dikembangkan pun sangat besar dengan banyaknya jumlah tersebut, dan hasilnya sangat dibutuhkan oleh industri untuk peningkatan berbagai sektor. Namun sayangnya, belum banyak hasil riset yang dilakukan para akademisi yang berhasil diserap oleh industri.

Hal itu dikatakan oleh Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat, Kemendikbudristek M. Faiz Syuaib dalam Forum Quad Helix di Universitas Bina Nusantara Tangerang. Faiz mengatakan bahwa hanya 7 persen dosen yang terlibat dalam riset selama tiga tahun terakhir, dan tingkat kesiapan teknologi (TKT) sebagian besar berada di tahap awal (1-3), sekitar 78 persen belum mencapai tahap pengembangan atau aplikasi.

"Dari 2,000 riset, hanya sekitar 11 yang telah menghasilkan paten. Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, perlu strategi untuk mentransformasi potensi ini menjadi inovasi nyata yang melibatkan kolaborasi antara universitas, industri, dan masyarakat, serta meningkatkan transfer ilmu ke masyarakat agar teknologi bisa diterapkan secara praktis,” ujarnya, Rabu (6/11/2024).

Salah satu topik bahasan utama yang diangkat dalam diskui panel tersebut adalah model QuadHelix yang mengintegrasikan peran seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan transfer teknologi yang berkelanjutan. Kebutugan Indonesia untuk menjembatani kesenjangan antara riset akademik dan penerapan industri, juga masih menjadi tantangan besar. Tantangan ini dapat diselesaikan dengan membentuk Ekosistem Transfer Teknologi berbasis AI.

"Peran universitas di Indonesia dalam riset terapan ini penting sekali untuk menciptakan solusi inovatif yang siap dipasarkan dan memenuhi kebutuhan industri lokal," lanjutnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amarulla Octavian yang mengungkapkan ada teknologi temuan BRIN yang sudah berhasil dikembangkan namun belum dilirik oleh industri. Dengan adanya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri berpotensi untuk mempercepat transfer teknologi dan kolaborasi dengan industri.

BRIN juga membuka pintu bagi masukan dari masyarakat dan perguruan tinggi, serta menangani kebutuhan riset industri seperti solusi energi di sektor nikel, dengan harapan dapat menggandeng lebih banyak industri untuk berinovasi.

"Ini dikarenakan meski proses transfer teknologi sudah berjalan, tantangan terbesar ada pada komersialisasi karena belum ada regulasi yang mewajibkan industri untuk menindaklanjuti hasil riset," ujarnya.

Sementara itu, Rektor BINUS University, Nelly mengatakan bahwa kolaborasi QuadHelix antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat menjadi penting untuk mempercepat penciptaan, diseminasi, dan penerapan teknologi baru yang dapat meningkatkan daya saing global. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan solusi nyata dan strategis yang menjawab tantangan teknologi di Indonesia, terutama dalam membangun ekosistem transfer teknologi yang efektif dan berkelanjutan.

"Saat ini, banyak riset yang dihasilkan perguruan tinggi dinilai baik secara akademis, tetapi belum terintegrasi dengan industri secara optimal. Kolaborasi Quad Helix antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat menjadi penting untuk mempercepat penciptaan, diseminasi, dan penerapan teknologi baru yang dapat meningkatkan daya saing global,” ungkapnya.